Denny Wirawan Perkenalkan Suasana Hati, Label Homewear dari Batik

Denny Wirawan.

Denny Wirawan adalah seorang designer yang telah meramaikan industri mode Indonesia selama 20 tahun dan meraih beragam prestasi dari sejumlah media dan ajang penghargaan fashion. Denny Wirawan dikenal dengan karya yang khas yaitu ‘berkreasi dan berinovasi dengan melakukan tabrak beberapa motif (clash pattern) dalam satu look dengan konsep padu padan yang bertumpuk (layering)’. Koleksi Denny Wirawan gabungan antara seksi, androgyny dan mewah.

Kepedulian Denny Wirawan untuk ikut secara aktif melestarikan warisan wastra Nusantara telah membawa desainer papan atas ini melahirkan label Balijava sebagai lini busana siap pakai (prêt-à-porter) dan busana siap pakai madya (prêt-à-porter deluxe). Dalam koleksi lini etniknya ini, Denny Wirawan banyak mengolah wastra Indonesia, seperti batik, jumputan (tie die), tenun (hand woven), dan ikat yang resmi hadir di tengah pecinta mode pada tahun 2008.

Tampaknya pandemi tidak menghentikan para desainer tanah air untuk tetap berkreasi dan berkarya, salah satunya adalah Denny Wirawan. Menjawab tantangan untuk menciptakan koleksi yang tak hanya bisa dipakai, namun juga memberi kesan chic dan simple dengan potongan yang minimalis dan material dari produk lokal, Denny Wirawan memperkenalkan Suasana Hati.

Suasana Hati adalah label dari Denny Wirawan yang menggunakan batik sebagai esensi utama. Denny Wirawan ingin mendukung penggunaan produk lokal dengan gaya "one and done dressing" untuk beraktivitas santai di rumah, maupun bepergian.

Koleksi batik homewear dari Denny Wirawan ini mengutamakan potongan busana yang minimalis, kenyamanan, dan gaya santai yang bisa dipadu padan dengan cantik, karena warna-warna pastel yang mendominasi, seperti dusty pink, light green, dan olive. Mulai dari dress selutut, jumpsuit, dan outer memiliki desain yang minimalis, sehingga sangat nyaman digunakan di mana dan kapan saja.

Sentuhan batik cap dan hand print berbahan paris dan katun halus, koleksi dari Suasana Hati ini dapat disesuaikan dengan berbagai acara, baik formal, maupun semi formal. Kamu bisa menemukan koleksi Suasana Hati dari Denny Wirawan ini di Alun-Alun Indonesia, Grand Indonesia atau secara online melalui akun Instagram resmi mereka.

Batik Kudus adalah salah satu jenis batik kuno yang menggambarkan kekayaan budaya dan menjadi warisan bangsa Indonesia. Batik Kudus mengalami masa kejayaan di tahun 1920an hingga 1950an. Karena perkembangan jaman, batik Kudus sempat hampir punah akibat perubahan kota Kudus yang menjadi kota industri.

Para pembatik yang ada di kota Kudus memilih untuk menjadi pekerja pabrik karena dirasa lebih menguntungkan. Pada 2015, Bakti Budaya Djarum Foundation menggandeng Denny Wirawan untuk kembali menghidupkan dan mengembangkan kegiatan membatik di kota Kudus. Kala itu, Denny Wirawan memang berencana untuk membuat sebuah fashion show tunggal.

"Tadinya saya tidak mengenal batik Kudus seperti apa. Mulai mempelajari bagimana dengan batik Kudus tersebut. Asal usulnya, filosofi dan makna. Tidak hanya berhenti di fashion show, tapi juga berlanjut dengan membina pembatik di sana," ungkap Denny Wirawan.

Dari situ, Denny Wirawan mulai mempelajari motif, warna, dan tata letak batik Kudus yang merupakan batik pesisiran. Sehingga memiliki tata warna, motif, dan letak pola yang khas. Motifnya yang beragam pun dipengaruhi oleh masa yang berbeda pada saat itu.

Misalnya ketika Islam mulai masuk ke Indonesia, batik Kudus sangat identik dengan kaligrafi dan batik pinggir yang merupakan pengaruh dari para santri. Selain itu, di abad ke-18 ketika masyarakat Tionghoa masuk ke Indonesia memberikan pengaruh pada motif batik Kudus yang disebut sebagai batik peranakan. Ditandai dengan banyaknya motif flora dan fauna, seperti naga, burung hong, merak, hingga bunga catalya.

Pengaruh masa tidak hanya terjadi pada bentuk motif. Warna yang muncul pada batik Kudus merupakan warna-warna yang terang, seperti merah, kuning dan ungu.

Selain itu, latar belakang atau isen-isen yang sangat khas dari batik Kudus adalah beras kecer. Gambaran tumpahan beras pada kain ini melambangkan kemakmuran.

Dalam pembuatan koleksinya, Denny Wirawan mengaku bahwa dirinya justru selalu terinspirasi dari motif yang ada pada batik Kudus. Seperti misalnya pada koleksi Wedari yang berarti taman bunga.

Ia menggunakan ragam motif bunga untuk dikreasikan sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah motif yang lebih segar tanpa menghilangkan filosofi dan makna dari motif tersebut.

"Motif-motifnya bisa bercerita. Mempunyai nilai filosofi teramat tinggi dan dalam. Kesulitannya ya itu satu kain batik yang, misalnya ini ada motif merak oleh pembatiknya pasti ada suatu cerrita tersendiri. Kalau saya potong jadi satu baju, bagaimana supaya motif ini tidak terpotong. Cerita di dalam motifnya bisa utuh," kata Denny Wirawan.

Setelah menentukan motif seperti apa yang ingin digunakan, Denny Wirawan baru memikirkan tampilan dan potongan busana seperti apa yang ingin dibuat.

Ketika hendak menghadiri gelaran New York Fashion Week 2016 misalnya, Denny Wirawan menampilkan koleksi Padma. Koleksi ini mengangkat motif dasar isen-isen beras kecer jadi satu koleksi ready to wear yang lebih city look sesuai dengan gaya kota New York.

"Ketika diwawancara media lokal, mendapat satu apresiasi karena mereka juga tidak sangka bahwa ternyata batik bisa dibuat seperti ini. Banyak juga yang tidak tahu batik, setelah dijelaskan proses dan kerumitannya jadi lebih menghargai (batik Kudus). Ternyata bukan proses yanng mudah utk membuat Batik," cerita Denny Wirawan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Olahraga Makin Stylish? Simak Tren Activewear di Tahun 2021

8 Tren Fashion yang Banyak Diperbincangkan Sepanjang Tahun 2020